Banyak cerita yang aneh, tetapi nyata dari umat muslim saat menunaikan ibadah haji. Mulai dari pengalaman spiritual hingga pengalaman aneh yang menjadi pelajaran, semuanya pernah dialami oleh jamaah. Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifuddin yang menunaikan ibadah haji pertamanya pada 1991 juga punya cerita yang kemudian membuat dirinya lebih ikhlas dalam menjalani dinamika kehidupan.

Pelajaran dari tumbuhnya sikap ikhlas itu, Lukman dapatkan melalui pengalaman menolong nenek tua dari Majene, Sulawesi Selatan.

Lukman saat itu menjadi petugas haji yang lolos saat mendaftarkan ke Kementerian Agama dari unsur ormas.Dia sebagai aktivis di Lakpesdam NU mendaftarkan diri untuk jadi tim panitia sebagai pembimbing jamaah.

“Nah,suatu hari waktunya antara setelah zuhur dan sebelum asar saya mendapati seorang nenek yang kerepotan di dekat Masjidilharam. Nenek itu dari Majene dan tersesat,tidak bisa kembali ke pemondokan.Karena memang sudah kerepotan dan bicaranya juga susah karena tidak bisa bahasa Indonesia, bahasanya daerah,saya hanya mengenali melalui gelangnya. Lalu saya tolong dan antarkan ke pemondokan,”beber Lukman. Saat mengantar nenek itu, Lukman menyerahkan ke panitia dan dokter di pemondokan tersebut.

Dia meminta agar sang nenek segera diperhatikan kondisi kesehatannya.Kemudian Lukman kembali lagi ke Masjidilharam untuk menunaikan salat magrib. Anehnya,Lukman seusai salat Magrib melihat nenek itu lagi dalam kondisi sehat dan memberikan senyum kepadanya. Dia merasa heran karena begitu cepatnya nenek itu segar bugar,padahal baru beberapa jam dia antar dalam kondisi sudah kepayahan.Nah,hari berikutnya,Lukman bertemu dokter dan panitia dari pemondokan sang nenek.

Yang mengejutkan,nenek yang Lukman tolong dan tak sempat menanyakan siapa namanya itu sudah meninggal ketika waktu asar atau beberapa saat setelah dia mengantarkannya. “Saya sempat bingung siapa yang saya lihat dan sudah meninggal belum saat saya mengantarkannya. Karena saat itu juga saya tidak bisa memastikan apakah meninggalnya setelah saya antarkan atau di hari sebelumnya.Lalu siapa yang saya lihat memberikan senyum seusai salat magrib?” bebernya.

Dari kejadian itu,politikus PPP itu hanya bisa menangkap pesan dan menjadi pelajaran batin bahwa sakit dan sehat itu memang kehendak Allah. Artinya,manusia menjalani hidup itu harus dengan ikhlas karena saat ini merasakan sehat belum tentu itu akan dirasakan di detik atau menit berikutnya. “Dan karena saya saat itu sebagai panitia di mana harus berada di sana dua bulan,saya dari pengalaman itu mendapatkan pelajaran spiritual dalam beragama bahwa hidup ini harus kita jalani dengan ikhlas,” urainya.

Waktu dua bulan itu pun dia jalani dengan pelayanan dan menjadikannya sebagai pelengkap ibadah hajinya sebagai panitia.Berangkat lebih awal dan pulang paling akhir dia nikmati betul sebagai momentum yang penuh tantangan,namun dengan hati dan pikiran yang lebih tenang karena memang dia pasrah dan ikhlas menjalaninya? RAHMAT SAHID

Harian Sindo: Wednesday, 10 October 2012