Reputasi Terjaga karena Integritas
Di berbagai media massa terekam jelas apa yang dilakukan Lukman di hari pertama menjadi menteri. Hanya berselang sehari setelah dilantik, ia langsung mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia kemudian bersilaturahim ke pimpinan Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya. Kunjungan ke kelompok- kelompok strategis itu memberikan sinyak kuat bahwa ia akan memimpin Kemenag dengan bersih, transparan, akuntabel, dan non-diskriminatif.
Integritas adalah brand yang melekat pada dirinya. Saat diangkat jadi menteri, ia sengaja mengumpulkan keluarga besarnya, memperingatkan keluarga dan sanak saudaranya agar tidak mengganggunya dengan hal-hal yang rawan konflik kepentingan. Ia menjaga betul agar kepentingan pribadi tidak bercampur dengan urusan negara. Ia berusaha untuk tidak sedikit pun menerima sesuatu yang bukan haknya. Bukan sekali dua kali Lukman mengembalikan honor yang menurutnya melebihi jumlah sesuai aturan. Akibatnya, para staf administrasi punya kebiasaan memeriksa ulang ketika akan memberikan honor padanya karena kuatir akan dikembalikan meski hanya lebih seribu dua ribu rupiah.
Lukman termasuk orang yang mendapat kesempatan langka untuk bertemu Raja Salman bin Abdul Aziz. Lukman ditunjuk sebagai Minister in Attendace yang mendampingi penguasa Kerajaan Arab Saudi itu semobil dalam lawatan di Indonesia. Raja Salman memberinya sejumlah hadiah mewah bernilai milyaran rupiah sebagai rasa terima kasih. Tidak lebih dari sepekan, Lukman mengundang KPK dan menyerahkan hadiah tersebut ke negara. Lukman merasa tidak berhak menerimanya karena pemberian hadiah itu tentu bukan bersifat personal melainkan terkait posisinya sebagai pejabat negara.
Sikap Lukman mendapat dukungan dari sang istri, Trisna Willy, yang aktif dalam gerakan SPAK (Saya Perempuan Anti Korupsi). Di media sosial Willy mendapat pertanyaan yang sama setiap musim haji: apakah ikut naik haji, sejak jadi istri Menag sudah berapa kali naik haji, dan apakah anak-anaknya ikut berhaji? Willy menjawab dirinya tidak pernah ikut berhaji selama sang suami jadi Menag. “Kejadian yang sebenarnya, saya tidak berhaji karena #bukanjemaah dan #bukanpetugas, seperti kata suami saya. Saya gak punya nomor porsi haji dan gak boleh mengambil hak orang lain,” cuitnya di Twitter.
Rupanya sikap seperti itu sudah jadi kepribadian Lukman sejak lama. Selama 4 periode menjadi anggota DPR, Lukman dikenal bersih dan anti-KKN. Helmi Hidayat, mantan wartawan yang beralih profesi jadi akademisi, pernah mengulas soal ini dalam dua tulisannya. Tulisan pertama dirilis pada 22 Maret 2019 berjudul “Menteri Agama dan Perhiasan Miliaran Rupiah yang Dikembalikan pada KPK”. Tulisan kedua berjudul “Menteri Agama, Sukses Haji dan Tuduhan Korupsi” yang dirilis pada 16 Agustus 2019, bercerita tentang Lukman yang tidak korupsi waktu kerja apalagi uang negara. Kedua tulisan itu merupakan kesaksian Helmi terhadap Lukman yang dikenalnya bertahun- tahun. Isinya menjawab berbagai pihak yang menudingnya korupsi senilai Rp 10 juta. Itu juga bentuk reaksi spontan praktisi komunikasi terhadap trial by the press yang dilakukan KPK terhadap Lukman dalam kasus jual-beli jabatan di Kemenag.
Ya, tahun itu Kemenag seperti disambar petir ketika dua pejabatnya ditangkap di Surabaya. KPK lalu menggeledah ruang kerja Menteri Lukman dan menemukan uang sejumlah Rp 180 juta plus 30 ribu dollar AS. Lukman kemudian beberapa kali hadir memberikan keterangan baik di KPK maupun di persidangan. Lukman berhasil membuktikan dirinya tidak bersalah, termasuk membuktikan bahwa uang yang disita KPK bukan uang haram dan sama sekali tidak ada kaitan dengan kasus tersebut.
Ketika kasus itu mencuat, sebagian pihak mengira karir Lukman tamat. Namun yang terjadi justru banyak dukungan mengalir kepadanya baik dari kalangan internal maupun eksternal. Beberapa pendeta dari beragam aras nasional secara khusus datang ke kantornya untuk lakukan doa bersama. Sejumlah tokoh agama secara bergantian juga mengunjunginya untuk berikan dukungan doa. Hal itu amat mengharukannya. Ia pun bisa tetap fokus melanjutkan pekerjaan melayani umat bersama Kementerian Agama. Alih- alih membangun kontranarasi terhadap KPK, ia justru menjadikan kasus itu sebagai momentum pembenahan sektor kepegawaian di Kemenag dengan mempersiapkan pembentukan Majelis Etik Pegawai.
Dengan respons yang terukur, nama Lukman tetap terjaga baik meski disudutkan. Ini menandakan bahwa sebuah reputasi tak akan mudah goyah walau diterpa angin kencang. Dan, reputasi adalah hasil konsistensi menjaga integritas selama bertahun-tahun. Reputasi tak mungkin tercipta dari pencitraan sesaat. Dengan menjaga reputasi, seseorang tak akan mudah silap. Beberapa kali Lukman mengingatkan jajarannya agar selalu mawas diri sehingga,”Tidak terbang oleh pujian dan tak tumbang oleh cacian.”
Jelang berakhir jabatannya, Lukman sempat menerbitkan kembali buku Menteri-Menteri Agama: Biografi Sosial-Politik yang disunting Azyumardi Azra dan terbit pertama kali pada 1998 sebagai catatan sejarah atas pengabdian para menteri agama sejak Kementerian Agama berdiri. Ia juga menerbitkan buku Kiprah Para Menteri Agama Era Reformasi sebagai dokumentasi atas kinerja menteri-menteri sebelum dirinya. Penerbitan dua buku ini dimaksudkan sebagai pengingat bahwa eksistensi Kementerian Agama sejatinya dibangun secara berkesinambungan dari menteri yang satu ke menteri yang lain. Banyak program yang dirintis seorang menteri baru dapat terwujud di masa menteri berikutnya. Kebijakan menyetarakan ma’had aly (pesantren tingkat tinggi) di pesantren dengan perguruan tinggi formal, misalnya, merupakan gagasan Menteri Agama Maftuh Basyuni yang berhasil diwujudkan oleh Lukman.
Lukman bertipikal pemimpin yang menampilkan keteladanan dengan kesesuaian antara perkataan dan perbuatan. Ia juga model pejabat publik yang mengembangkan kebijakan berkesinambungan. Dalam serah terima jabatan menteri agama, Lukman memberikan buku Memori Jabatan kepada penggantinya, Fachrul Razi. Buku itu berisi hal-hal yang sudah berhasil dilakukan dan apa saja yang masih menjadi pekerjaan rumah Kementerian Agama. Ini tradisi baru yang pertama kali dikembangkan Lukman di kementerian bermotto Ikhlas Beramal. Harapannya sederhana, menteri berikutnya memahami peta jalan Kementerian Agama sehingga dapat memelihara hal lama yang sudah baik dan melakukan hal baru yang lebih baik.
Setelah tak lagi memegang jabatan publik, sebagian hari-hari Lukman belakangan ini diisi dengan hobi baru, turing mengendarai kuda besi beroda dua. Selama 2 tahun menjadi anggota club motor, ia telah mengaspal mengikuti turing resmi sepanjang lebih dari 10.000 KM, antara lain menjelajahi Jakarta-Bali, Jakarta-Sabang-Medan, dan Larantuka-Labuan Bajo, sehingga disematkan Wing Platinum dari club motornya.
Nampaknya ia benar-benar menikmati kemerdekaannya setelah tak lagi menjadi pejabat. Sementara hari-hari lainnya dimanfaatkan untuk memenuhi beragam undangan sebagai pembicara bertema agama, sosial, dan budaya. Tentu yang terakhir ini tak lagi hanya sekadar hobi, tapi lebih karena reputasinya yang teruji dan kiprahnya yang banyak diapresiasi.