Ciputat (Kemenag) --- Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid mengapresiasi terbitnya buku “Moderasi Beragama: Tanggapan atas Masalah Kesalahpahaman, Tuduhan, dan Tantangan yang Dihadapinya” karya Menag (2014 – 2019) Lukman Hakim Saifuddin (LHS). Menurutnya, buku tersebut memberikan penjelasan praktis atas buku Moderasi Beragama yang diterbitkan Kementerian Agama pada 2019.

Hal ini disampaikan Alissa Wahid saat berbicara pada bedah buku karya LHS di Wisma Syahid, UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Jakarta Selatan.

Alissa awalnya menyebut buku Moderasi Beragama terbitan Kementerian Agama sebagai buku babon. Salah satu kritik terhadap buku babon tersebut adalah kemasannya yang sangat ilmiah.

“Buku babon penting, buku Pak LHS ini lebih penting. Buku ini bisa menjadi pendamping kita pada saat melakukan upaya-upaya membangun masyarakat yang moderat dalam beragama,” tegas Alissa di Ciputat, Kamis (8/12/2022).

“Buku LHS ini justru sangat dibutuhkan. Sebab, buku MB terbitan Kemenag tidak bisa diserahkan kepada orang-orang awam,” sambungnya.

Alissa mengumpamakan penguatan moderasi beragama seperti orang yang menanam padi. Penguatan MB ibarat benih padinya. Agar mendapat hasil maksimal, maka benih padi itu setelah siap ditanam, harus ditebar, dirawat hingga panen. Hal ini berbeda dengan gerakan gerakan kontra ektremisme yang pendekatannya bisa diibaratkan seperti membasmi hama wereng.

“Ketika menyemai, bicaranya dengan masyarakat awam. Makanya buku ini menjadi modal untuk menjadi sebuah gerakan. Apalagi cara menyajikannya sangat bernas tapi ringan, bukan kajian ilmiah,” papar Alissa.

“Bagi saya sebagai orang yang ada dalam ruang gerakan, buku ini sangat membantu. Besok, kalau ada pertanyaan dalam pelatihan, tinggal jawab, baca buku ini,” tambahnya berkelakar.

Alissa memandang positif adanya reaksi dari masyarakat terkait gerakan penguatan moderasi beragama. Dia melihat, hal itu menjadi penanda bahwa proses penguatan yang dilakukan sudah sampai pada tahapan respon atau kritik balik dari publik. “Jika upaya kontestasi ini tidak direspon oleh kontestan lainnya, itu justru belum cukup memadai,” ujarnya.

Koordinator Jaringan Gusdurian Nasional ini juga menilai, LHS telah memberikan bahan yang membuat Menag Yaqut Cholil Qoumas dapat berlari dalam penguatan moderasi beragama. Alissa mengatakan, Gus Men Yaqut mempunya komitmen yang sama dalam penguatan moderasi beragama, bahkan menilainya sebagai program super penting.

“Coba kalau tidak ada tinggalan buku moderasi beragama, tidak ada kerangka yang memadai untuk membuat sebuah gerakan. Meski secara peta jalan masih di lingkup negara, tapi masyarakt umum sudah bicara MB,” paparnya.

“Kontribusi LHS sudah jauh lebih besar dari dokter. Kontribusi LHS besar sekali. Sebab yang kita perlukan adalah bahan untuk membangun gerakan itu,” tegasnya.

Bedah buku karya LHS ini digelar Balai Litbang Agama Jakarta. Selain Alissa Wahid, hadir sebagai narasumber, Ketua Umum Persekutuan Geraja-Gereja seluruh Indonesia (PGI) Gomar Gultom, Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, dan Sekretaris Eksekutif Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan pada Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Agustinus Heri W.

♥ Keterangan foto: Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid (tengah) dalam bedah buku Moderasi Beragama