Jeddah (Pinmas) —- Musim haji i1436H/2015M belum usai.  Sementara sebagian jamaah haji Indonesia dalam proses pemulangan menuju Tanah Air, sebagian lainnya sedang dalam persiapan untuk diberangkatkan dari Makkah ke Madinah untuk pelaksanaan proses Arbain.

Meski demikian, Kementerian Agama melakukan langkah cepat guna perbaikan pada penyelenggaraan haji mendatang. Hal ini terungkap dari surat Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin kepada Menteri Haji Arab Saudi yang meminta agar Pemerintah Saudi bisa segera melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas layanan di Arafah dan Mina.

“Ada dua atau tiga hal yang akan kita ikhtiarkan secara serius. Pertama adalah kondisi arafah,” terang Menag usai meninjau penimbangan barang bagasi jamaah haji Indonesia di Madinatul Hujjaj, Jeddah, Kamis (01/10).

Menag mengaku sedih  ketika pada malam hari tanggal 8 Dzulhijjah dirinya mendapati sejumlah  tenda jamaah yang roboh karena diterpa angin. Padahal menurutnya angin tersebut  tidak sekuat dengan angin yang merobohkan crane di Masjidil Haram sehingga tidak bisa dibayangkan kalau kekuatan angin itu sama.

Kejadian itu tidak hanya menyebabkan tenda roboh, tetapi juga listrik padam sehingga selain penerangan juga menyebabkan water cooler di tenda Arafah tidak berfungsi.  Hal ini juga mengganggu pos kesehatan Arafah karena tidak bisa mengoperasionalkan alat yang membutuhkan listrik dan akhirnya berdampak kepada jamaah yang sakit.

“Saya sudah mengirimkan surat resmi kepada Menteri Haji agar konsidi Arafah bisa diperbaiki dengan cara membuat tenda-tenda yang permanen di Arafah. Kalau di Mina bisa tenda permanen, di Arafah seharusnya juga bisa,” tegas Menag.

“Juga dibangun pembangkit listrik berkekuatan besar sehingga tidak hanya mengandalkan generator yang terbatas, tapi pembangkit listrik permanen yang betul-betul bisa mensuplai berapapun kebutuhan listrik di Arafah,” tambahnya.

Hal kedua yang diusulkan Menag adalah terkait perbaikan Mina. Menag menyoroti jarak Mina Jadid yang terlalu jauh dan keberadaanya yang  dari sisi syari juga masih problematik, apakah sah sebagai tempat menginap atau tidak. “Saya sudah bersurat ke Menteri Haji agar tenda-tenda di Mina bisa ditingkatkan. Kalau Jamarat saja bisa ditingkat, semestinya tenda di Mina juga bisa ditingkat sehingga seluruhnya bisa berada di Mina dan jarak ke Jamarat juga tidak terlalu jauh. Waktu melontar jumrah juga bisa diatur lebih ketat,” terang Menag.

Selain dua hal yang diajukan kepada Menteri Haji Arab Saudi, Menag juga berinisiatif untuk memberlakukan penggunaan chip yang ditempel pada gelang idenitas jamaah. Chip yang nantinya bisa dideteksi melalui GPRS ini penting untuk mengantisipasi persoalan jamaah hilang yang tidak diketahui keberadaannya.

“Ide ini sebenarnya sudah muncul sejak kemarin, tapi tidak cukup waktu untuk merealisasikan gagasan ini. Karenanya sejak sekarang kita akan coba pikirkan sehingga pengalaman yang cukup pahit bahwa sampai saat ini masih ada jamaah yang belum diketahui keberadaannya di mana itu bisa diatasi dengan hal itu,” kata Menag.

Sampai dengan saat ini, sedikitnya masih ada 74 jamaah haji Indonesia yang belum kembali ke hotelnya untuk bergabung bersama anggota kloter lainnya. Banyak alasan tentu kenapa orang belum kembali, dan itu tidak selalu berarti telah mati. Nyatanya, ada juga jamaah haji Indonesia yang setelah lima hari  hilang tanpa kabar akhirnya bisa kembali.

“Kita akan terus mencari. Kalaulah sampai melewati tanggal 26 Oktober kita tentu akan terus melakukan pencarian itu. Karena menjadi kewajiban pemerintah terhadap warganya di luar negeri untuk diketahui keberadaanya,” kata Menag. (mkd/mch/mkd)

Jumat, 2 Oktober 2015, 06:17