VIVA – Organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) merayakan harlah ke-93 yang diselenggarakan di Masjid Kiai Hasyim Asyari, Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Kamis malam, 31 Januari 2019.

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dalam sambutannya mengatakan, NU sebagai organisasi keagamaan adalah wadah para ulama dan pengikutnya yang didirikan 93 tahun silam. Berperan penting dalam memelihara melestarikan ajaran Aswaja atau ahlusunnah waljamaah dan menciptakan masyarakat kemaslahatan bangsa dan meninggikan martabat manusia.

"NU istiqomah dengan menyatukan diri perjuangan bangsa Indonesia dan aktif dalam pembangunan bangsa," kata Lukman Hakim Saifuddin.

Dalam perjalanannya kata dia, NU tak terpisahkan dengan umat Islam Indonesia. Khususnya dalam menjaga persaudaraan, toleransi dan hidup berdampingan sesama Islam maupun sesama warga yang berbeda agama untuk mewujudkan cita-cita persatuan dan kesatuan bangsa yang kokoh dan dinamis.

"Hal itu pendiri NU telah menetapkan landasan berfikir bersikap bertindak warga NU yang tercermin dalam tingkah laku perorangan maupun organisasi dan dalam setiap proses pengambilan keputusan berupa paham Islam Aswaja," tuturnya.

Menurut dia, bahwa paham Aswaja ini yang dipahami dan ditanamkan oleh para pendakwah awal Islam di nusantara. Karena itu mereka mengajarkan Islam dengan melihat aspek substansi dari sekadar aspek formalitasnya.

"Bentuknya bisa berbeda tapi subtansinya sama pakaian boleh jadi batik dan kopiah hitam tapi substansi salatnya sama diawali takbir dan diakhiri salam," katanya.

Ia pun menambahkan bahwa dalam ajaran NU setiap ada orang meninggal dunia maka digelar tahlilan dan doa bersama yang tujuannya untuk saling silaturahmi dan mendoakan. Acara itu disi bacaan ayat suci Alquran dengan zikir dan doa, tapi amalan yang dilakukan NU bagi sebagian orang itu dianggap bid'ah.

"Bagi NU amaliyah ini adalah bagian strategi budaya untuk memperkokoh penerapan ajaran Islam. Karena agama tanpa budaya ibarat jasa tanpa busana. Agama tanpa budaya bagaikan langit tanpa bulan dan bintang," turunnya.

Kemudian, dalam tradisi NU dikenal ziarah kubur, Istiqomah yang merupakan persenyawaan antara ajaran agama dengan budaya. Maka ajaran Islam di nusantara terasa indah dan mempesona dan ini yang terus dikembangkan NU.

"NU bertahan karena dibangun atas landasan yang kokoh dalam pemahaman keagamaannya yaitu menghimpun tradisi teks dan nalar sehingga pemahaman keagamaannya tak hanya bersifat tekstual tapi kontekstual," ujarnya.