Ciputat (Kemenag) --- Balai Litbang Agama Jakarta menggelar bedah buku “Moderasi Beragama: Tanggapan atas Masalah Kesalahpahaman, Tuduhan, dan Tantangan yang Dihadapinya”, di Ciputat, Tangerang Selatan. Buku ini ditulis oleh Menteri Agama 2014 – 2019, Lukman Hakim Saifuddin.
Hadir sebagai narasumber, Ketua Umum Persekutuan Geraja-Gereja seluruh Indonesia (PGI) Gomar Gultom, Sekum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti, Koordinator Jaringan Nasional Gusdurian Alissa Wahid, dan Sekretaris Eksekutif Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan pada Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Romo Agustinus Heri W.
“Melalui buku ini, Pak LHS mencoba meluruskan pemahaman sebagian masyarakat terkait Moderasi Beragama. Dia mendudukkan persoalannya lalu mengklarifikasi berbagai kekeliruan pemahaman, bahkan pemelintiran terkait Moderasi Beragama,” terang Ketum PGI Gumar Gultom di Ciputat, Kamis (8/12/2022).
Buku terbitan baru karya LHS ini merupakan cetakan kedua. Buku ini awalnya disiapkan dalam rangka penganugerahan gelar kehormatan doctor honoris causa yang diberikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Mei 2022. Buku ini mencoba menjawab sejumlah kesimpulan di tengah masyarakat yang muncul dalam rentang beberapa tahun perjalanan penguatan moderasi beragama. Kesalahpahaman itu antara lain terkait liberalisasi pelabelan, pendangkalan akidah, dan lainnya. Ada juga isu-isu baru yang relevan dengan konsisi terkini yang dibahasa oleh penulis, antara lain isu seputar politisasi agama.
“Buku ini lebih dari sekadar masyarakat bertanya, Pak LHS menjawab. Buku ini melengkapi khazanah tentang Moderasi Beragama,” sambungnya.
Membaca buku LHS, Gomar mengaku berada dalam posisi yang sama. Dia melihat, moderasi beragama bagi LHS tidak semata soal pemahaman konsep, tapi sikap hidup. Menurutnya, buku Moderasi Beragama menjadi semacam tanggung jawab iman dari LHS.
Sebab, lanjutnya, buku tersebut hadir di tengah adanya kegalauan di ruang publik, entah karena dogma agama, kepentingan politik yang menginstrumentaslisasi agama, atau lainnya, hingga memecah masyarakat sebagai bangsa. “Padahal agama hadir untuk menjaga perdamaian di tengah masyarakat, itu menjadi tanggung jawab kita bersama,” tegasnya.
“Tidak mudah mengelola keberagaman dan keberagamaan. Buku moderasi beragama ini memberi tawaran. Bagi kami di kalangan Kristen, sayap kanan dan kiri yang sangat ekstrim juga ada. Buku moderasi beragama ini sangat membantu kami dalam membuka ruang dialog secara prosedur dan tahapannya jelas,” sambungnya.
Sebagai masukan, Gultom mengusulkan agar dalam edisi berikutnya, buku moderasi beragama ini juga mengupas tentang fenomena kerakusan yang menggejala di masyarakat. Menurutnya, masyarakat sekarang dicekoki budaya kerakusan. Sehingga, hampir setiap hari masyarakat ini dicekoki dengan amarah dan hawa nafsu.