Makkah (Sinhat)--Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Senin (28/09) siang menjelaskan secara detail  upaya penanganan korban pada peristiwa Mina yang terjadi pada Kamis (24/09) lalu. Selain memberikan pemahaman kepada masyarakat, penjelasan ini untuk menepis kesan bahwa Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi lamban dalam menangani masalah ini.

Dalam presentasinya, Menag Lukman menjelaskan bahwa sejak hari pertama terjadinya peristiwa, PPIH telah bergerak cepat dalam melakukan upaya strategis penanganan masalah. Hal itu ditandai dengan membentuk layanan hotline (+966 543603154) sebagai sarana komunikasi bagi masyarakat yang ingin mengetahui keberadaan keluarganya di Tanah Suci.

Selanjutnya,  PPIH menyusun tim investigasi korban. Tim ini bertugas melacak dan menelusuri keberadaan jemaah haji Indonesia di maktab/pemondokan, jemaah yang sakit di rumah sakit, serta jemaah yang wafat di rumah sakit dan tempat Majma’ Thawari bil-Mu’aishim (tempat pemulasaraan jenazah). Bahkan, Menag Lukman turun lapangan untuk turut memastikan tim ini bekerja secara optimal. Lebih dari itu, kehadiran Menag Lukman juga berhasil bernegosiasi dengan pihak Muaishim sehingga tim PPIH memperoleh kemudahan akses dalam proses identifikasi jenazah. (selengkapnya, lihat: Tinjau Pemulasaraan Muaishim, Menag Pastikan Tim Bekerja Optimal_http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&;id=292534)

Langkah ini diperkuat  tim komunikasi yang berhubungan dengan pihak terkait, terutama pemerintah Arab Saudi, muassasah, dan kepolisian. “Tim komunikasi ini penting guna mengupayakan dimudahkannya akses terhadap identifikasi jenazah pada kesempatan yang pertama. Maklum, Arab Saudi memiliki budaya dan sistem yang berbeda dengan Indonesia,” kata Menag Lukman.

Menurut Lukman memang tidak mudah mengakses tempat pemulasaraan jenazah karena pihak Saudi saat itu masih berkonsentrasi pada proses evakuasi. Akses bagi tim PPIH baru diperoleh pada Jum’at, 25 September 2015 pukul 23.00 WAS. “Itulah kali pertama tim kami bisa mendapatkan akses untuk bisa langsung mengidentifikasi sejumlah jasad jenazah korban. Sejak saat itulah akses terbuka dan secara intensif kami bisa mendapatkan korban yang itu adalah jemaah Indonesia,” tutur Menag.

Di Muaishim, Tim PPIH melakukan identifikasi  jenazah melalui tiga tahap, yaitu: Pertama, mencocokkan foto yang dirilis oleh pihak Muashim dengan data Siskohat dan E-Hajj. Hingga malam ketiga, terdapat sekurangnya 1.107 foto yang dirilis.

Bila tidak ada kesesuain data, tim mengecek tanda-tanda identitas dan benda lain yang identik dengan jemaah haji Indonesia. Misalnya, gelang identitas, gelang maktab,tas paspor, aksesoris, pakaian, dan sebagainya. “Jika dengan upaya ini masih ragu, maka tim PPIH Arab Saudi melakukan langkah ketiga dengan langsung melakukan cek fisik jenazah,” tambahnya.

Dari serangkaian proses  itu, Tim PPIH  berhasil mengidentifikasi 45 jenazah dengan rincian 41 jenazah jemaah haji Indonesia dan empat jenazah mukimin—Warga Negara  Indonesia (WNI) yang bermukim di Arab Saudi. (selengkapnya, lihat: 41 Jamaah Haji Indonesia Teridentifikasi Wafat Karena Peristiwa Mina_http://www.kemenag.go.id/index.php?a=berita&;id=292429)

Menag menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia sementara ini fokus  pada upaya  pencarian  jemaah yang belum kembali ke maktabnya dan  melanjutkan identifikasi jenazah. “Setelah ini, barulah kita akan melakukan evaluasi sehingga peristiwa ini bisa menjadi pelajaran yang sangat berarti dalam meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji ke depan,” tandas Menag. (rilis/ar)

Ditulis oleh Affan Rangkuti pada Senin, 28/09/2015 - 22:55